Thursday, December 28, 2017

ACEH BERBAGI'' Politik mengeroyok kebenaran telah ada semasa Fir'un berkuasa.

Mengeroyok kebenaran ini bukan cerita baru.
Foto sumber : Muhajir
Mengeroyok kebenaran ini bukan cerita baru.

Di masa Nabi Musa, masa itu Fir’un adalah penguasa yang zalim yang mengeroyok Nabi musa, dan dimasa itu ada seseorang yang bernama Haman ia adalah seorang yang cerdas dan memiliki akal yang sempurna, tapi kecerdasan nya digunakan untuk menjilat kepada Fir’un.

Zaman Nabi Isa pun semasa itu juga dikeroyok oleh kelompok, yahudi dan Romawi, semasa itu juga ada satu pengkhianat dari murid Nabi Isa ia bernama Yudes hanya disogok beberapa keping emas iman nya luntur ia menunjukkan tempat persembunyian Nabi Isa.

Kejadian yang sama dizaman Nabi Muhammad pun juga sama pernah terjadi kepada Nabi Musa dan Nabi Isa,  perang itu disebut dengan perang Handap, semasa itu Nabi Muhammad juga di keroyok oleh Partai/Akzab, ada partai, Yahudi, Bani qainuqah, Bani nazir, Bani quraizah, Nasrani, Majusi dan musrik.

Dan dizaman bar-bar ini juga terjadi hal yang sama dimana seseorang yang mencari keadilan dan menyampaikan kebenaran juga dikeroyok oleh kezaliman.

Mengeroyok kebenaran bukanlah hal yang baru, apalagi politik zaman sekarang yang selalu beriringan dengan kepentingan.

Ini bukan lagi rahasia umum hal ini telah kita ketahui jauh-jauh hari, dizaman seperti ini kepentingan pribadi dan sekolompok terus terjadi dan diutamakan oleh sipelaku politik supaya banyak yang  menjadi pengikut fanatik dan yang menjadi diri sendiri yang mencari keadilan dan kejujuran akan terus terzalimi.

Ini bukan perkara mudah untuk mengubah pola politik yang sudah berakar erat didalam setiap pelaku politik di zaman bar-bar, para pelaku politik perlu mencari pengikut yang mau bekerja untuk kepentingan rakyat bukan hanya meneriakkan kepentingan rakyat.

Lahir sebagai bangsa Aceh bukan sebuah pilihan, lahir sebagai orang eropa bukan sebuah pilihan tetapi memilih antara hak dan batil kita bisa melakukannya karena kita memiliki, mata, telinga, hati, dan fikiran.

Tinggal keputusan kepada sipelaku politik mau atau tidak mau mengubah sistem sekolompok menjadi sistem bermasyarakat.

Sebagian sumber hasil dari kutipan pidato,  UAS.

Artikel Terkait