Sunday, December 3, 2017

Muhajir Sawang "Masyarakat Aceh masih jauh dari kata kesejahteraan

Aceh yang kita kenal dengan sumber daya alam yang berlimpah bahkan rakyat nya terlelap tidur di atas minyak, emas dan lain-lain namun kita masih jauh dari kata kesejahteraan, kesejahteraan adalah sebuah kondisi yang sangat sulit untuk di raih oleh kita, bahkan kita selaku rakyat masih menunggu-nunggu pemimpin dan staf bawahan atau pekerja nya yang bekerja dengan hati bukan hanya mengharapkan gaji semata.
Foto Sumber : Muhajir
Aceh yang kita kenal dengan sumber daya alam yang berlimpah bahkan rakyat nya terlelap tidur di atas minyak, emas dan lain-lain namun kita masih jauh dari kata kesejahteraan, kesejahteraan adalah sebuah kondisi yang sangat sulit untuk di raih oleh kita, bahkan kita selaku rakyat masih menunggu-nunggu pemimpin dan staf bawahan atau pekerja nya yang bekerja dengan hati bukan hanya mengharapkan gaji semata.

Sebagai seorang anak petani dari pelosok desa saya melihat Aceh seperti sebuah kapal tua yang berlayar ditengah laut bebas yang tak tau arah, 24 kali kita berganti nahkoda semasa runtuh nya kerajaan tapi sampai saat ini kita masih jauh dari kata sejahtera.

Saat kita melangkah lebih jauh Aceh saat ini begitu banyak pengangguran yang tak tau tempat bernaung bahkan untuk menciptakan lapangan kerja pun para sarjana tidak memiliki modal, apa lagi berharap pekerjaan dari pemerintahaan, yang paling kita sayangkan hari ini adalah pengangguran yang tak memiliki perkerjaan yang menghasilkan uang, dan bahkan keadilan itu seperti tidak ada di tempat kita, karena saya masih melihat pengangguran tetap pengangguran dan yang memiliki pekerjaan terus memiliki pekerjaan atau dauble job hal seperti ini adalah sebuah titik dimana keadilan itu seakan sirna ditelan peradaban dan budaya yang tidak adil.

Kemudian saat kita melihat dari sektor sumber daya alam, rakyat pun seakan mati suri dan tak bisa bertani saat tanah di perdesaan habis diklaping untuk perusaan estate, tambang, perkebunan dan hutan industri, begitu miris hidup ditengah jaman Now, tidak ada jalan lain kecuali rakyat terpaksa menjadi TKI jika didalam negeri kita dijadikan kuli, seperti hidup di zaman nya kompani, kemana lagi rakyat harus mencari sosok pemimpin teladan, jika para pemimpin pada sibuk beriklan di halaman depan koran demi membangun pencitraan dan menutup kebusukan.

Sudah saat nya Aceh berbenah diri dan memulai membangu dengan hati karena Aceh memiliki sejarah panjang tentang kesejahteraan yang masih tertulis dalam buku sejarah, bahkan kita pernah membantu provinsi-provinsi lain melalui dana dari hasil sumber daya alam tapi kenapa sangat sulit untuk mewujudkan kesejahteraan untuk rakyat.

Semoga saja dengan bergantinya nahkoda yang baru Aceh menjadi sebuah daerah yang sejahtera, bukan hanya sejahtera dihalaman depan koran tapi sejahtera ditengah lapangan, karena saat ini Aceh memimpikan sosok pemimpin yang mampu memerdekakan mereka dari kebodohan, kemiskinan, keadilan dan dari keterpurukan dan menanti sosok yang mampu mensejahterakan rakyat.

Artikel Terkait