Saturday, February 23, 2019

ACEH BERBAGI : Kumpulan-Kumpulan puisi karya Muhajir Sawang

AKU MASIH MERABA.  Di ujung gang sana masih terlihat permusuhan akan perpolitikan.  Bagiku Mereka hanya pertikaian yang ingin tidur lelap dan bermimpi akan damai dimasa depan.  Berharap mengais perpolitikan yang yang sejalan.
Foto/sumber: Muhajir


AKU MASIH MERABA.
Di ujung gang sana masih terlihat permusuhan akan perpolitikan.
Bagiku Mereka hanya pertikaian
yang ingin tidur lelap dan bermimpi akan damai dimasa depan.
Berharap mengais perpolitikan yang yang sejalan.
Aku tak mau berpendapat panjang lebar.
Karena dijaman ini setiap bahasa tak mengenal nalar.
Semua hanya bumbu-bumbu sedap yang dikemas dengan rapi sebagai jalur perbaikan.
Bahkan dari era kemerdekaan tak terlihat kesejahteraan adil dan merata yang bertaburan dipinggir jalan.
Kebanyakan yang dipertontonkan hanya sandiwara untuk mendapatkan kekuasaan, harta dan kemegahan.
Kita bukan sedang krisis pangan,..
kita bukan sedang krisis keuangan,..
kita bukan sedang kelaparan,..
Dan kita tidak lagi miskin dan kesengsaraan.
Kita hanya krisis pemimpin-pemimpin yang didalam hatinya masih ada kasih sayang.
(Muhajir Sawang 29 Januari 2019)

UNTUK ACEH.
Dari ujung Indonesia aku ingin bercerita.
Tentang persahabatan masyarakat Aceh dengan darah, senjata dan air mata.
Saat memperjuangkan syariat Islam ditanah tercinta.
Memang ia. 
Syariat islam lambang kejayaan kerajaan Aceh dimasa sila.
Dimana dimasalalu kesejahteraan hadir didalamnya.
Saat sang komandor dipimpin oleh Sultan Iskandar muda.
Qanun atau Uud sesuai islam menjadi acuan pembangunan dan kesejahteraan seluruh rakyat didalamnya.
Tak sedikitpun terlihat kecacatan saat peraturan diterapkan ditanah tercinta.
Kisah nya pun harum mewangi dan dikenang sampai kenegeri tetangga.
Semangat inilah yang masih tertanam harum ditanah yang mulia.
Hingga sekarang qanun masih terus diperjuangkan ditanah kita.
Kemerdekaan dari segi ekonomi dizaman ini memang tak patut untuk diacungkan jempol.
Namun qanun merupakan buah perjuangan dimasa konflik silam.
Bibitnya sudah nampak, ditanah yang mulia.
Tinggal saja merawat hingga berbuah dan dipernyak sehingga rakyat dapat merasakan nya.
Tak selayak nya kita berkecil hati dari perjuangan yang telah lama.
Karena didepan mata masih ada perjuangan yang harus kita hadapi bersama-sama.
Ya...
Perjuangan memerangi kemiskinan.
Perjuangan mensejahterakan masyarakat.
Perjuangan membuat qanun adil-seadil adil nya.
Perjuangan melahirkan kejujuran.
Perjuangan memerangi pembodahan.
Dan seterus nya.
Air mata dimasa silam pasti terhapuskan, jika keadilan, kesejahteran, kemakmuran, dan ilmu pengetahuan, menjadi landasan membangun Aceh yang Mulia.
(Karya Muhajir Sawang 17 januari 2019)

TENTANG NEGERIKU
Tentang sebongkah hati yang berbisik sendiri.
Tentang mata yang memerhatikan setiap langkah ini.
Bersama telinga yang selalu meneliti.
Ini tentang diri sendiri.
Tak terlepas dari titik linear dihati.
Dimana Satu variabel dengan variabel lain yang selalu mempengaruhi.
Bukan tentang mimpi.
Lebih tepat nya tetang keadilan dinegeri ini.
Tak terasa dari era kemerdekaan.
Sampai sekarang ini.
Semua variabel dinegeri yang kita banggakan.
Begitu hancur bahkan menggerogoti.
Setiap jengkal keadilan hampir tak terasa lagi.
Dulunya saat pertama berdiri ia hadir bagaikan mimpi.
Sedangkan sekarang terpuruk bagaikan bubur basi.
Tak berbekas namun banyak kelaparan dinegeri ini.
Tak terasa namun banyak pembunuhan disana sini.
Ini tentang hati yang hancur kesekian kali.
Dimana keadalian sebagai mimpi.
Dan para pemimpin sebagai tangan besi yang tak memiliki belas kasih dan hati nurani. 
(Muhajir 10 Des 2018)

PERJUANGAN HIDUP
Lihatlah capung itu...
Umur nya begitu singkat.
Namun ia selalu saja berjuang dengan tekat yang kuat.
Bahkan didalam hujan yang begitu lebat.
Tidak ada kebijak sanaan diluarsana kawan.
Yang terlihat memang bunga Indah ditaman.
Tapi kawan pada kenyataan nya mereka beracun.
Mereka hanyalah manusia subversif yang memakai topeng kepahlawanan.
Tak usah kau merintih dalam setiap tangisan.
Karena yang akan hadir hanyalah tertawaan.
Jika akal sehat telah dihancurkan.
Maka yang tersisa hanyalah kebodohan.
Teruslah berjuang walaupun kita berasal dari perdesaan.
(Muhajir 30 Jul 2018)

DESA KU SAYANG.
Sawang...
Walau ribuan celaan menghampirimu
Bagiku kau sangat berharga
Walau ribuan hinaan menghampirimu
Bagiku kau sangat berjasa.
Dari tumbuh tumbuhan padi kau hasilkan untuk Negeri ini
Dari sungai kau sajikan material pasir dan batu berkualitas
Bahkan dari air kau sediakan untuk kec. kec. yang lain guna menghidupkan pertanian diluar kec ini.
Tak hanya itu kau juga memberikan batu-batu mulia yang diburu seluruh penjuru Negeri ini.
Mereka yang menghinamu lupa akan jasa-jasamu
Durian yang mereka makan
Keiklas masyarakat Sawang yang mereka lupakan.
Aku tau kamu sedih karena kesalahan hari ini..
Cacian hari ini... bukan salahmu
Namun kesalahan beberapa orang saja yang belum sadar akan keegoisan nya.
Sawang...
Kamu bagaikan lentera yang indah memberikan ribuan warna dan memberikan sejuta kesejukan walau dibalas dengan ribuan hinaan.
Muhajir 26 jul 2018


PARA PEWARIS TAHTA
Aku bukan siapa-siapa
Dan bahkan aku hanya anak muda Desa
Mudah gundah dan mudah naik darah.
Sedangkan kamu seorang Pemimpin yang tak kusebut nama nya.
Bila bicara terlihat lihai, bijaksana, penuh wibawa dan bila bernyannyi akan terdengar merdu dihalaman depan media massa.
Aku tau kamu memiliki kuda pacuan yang bernama kekuasaan.
Yang terkenal binal dan penuh nafsu.
Dan di pinggang mu terselip sebuah Rencong yang bernama harapan.
Yang hampir setiap hari nya kau asah dan kau tunjukkan kerakyat bahwa ksatria sepertimu layak duduk disinggah sana.
Apa kau tau kestria politik itu bagiku seperti apa? Kesatria politik itu bagiku adalah manusia yang siap memerangi kebodohan, memerangi kemiskinan dan penindasan.
Itulah musuh politik karena bagiku politik itu menuju kebaikan bukan yang seperti saat ini.
Politik itu bukan ilmu mekambing hitamkan.
Politik itu bukan ilmu menebar fitnah.
Politik itu bukan ilmu hasut.
Politik itu bukan ilmu manajemen konflik yang selalu menebar permusuhan kesana-kesini.
Dariku yang bukan siapa-siapa, untuk mu yang merasa kesatria.
Muhajir 9 mei 2018.


PADANG TANDUS PERNAH BERBUNGA.
Aceh...
Kini kau takkan lagi sama seperti masa kerajaan terdahulu.
Dan kini takkan ada lagi pantai yang bewarna biru.
Dan kini kau padang pasir yang tandus, panas dan menghungus.
Kini kau tak lagi sama seperti dahulu...
Dan engkau telah pergi...
Bersama sejarah yang abadi didalam sanubari.
Aku... kami...
Dan semua berharap kau kembali membangun Negeri ini...
Dengan hati.
Muhajir Sawang 1 april 2018

Artikel Terkait

This Is The Newest Post