Foto Sumber : Muhajir |
Mari kita
mengulang sedikit ingatan kedalam sebuah sejarah Kaum Tiga Ratus sebagai biji
drang, yang dimaksud dengan biji drang adalah sebangsa kacang tanah yang tumbuh
setelah musin memotong padi, segala jerami mati lalu tumbuh sendiri pohon drang
dengan subur.
Kaum Ja Sandang sebagai jeura haleuba (biji kelabat) warna kuning, biji kelabat digunakan untuk campuran menghilangkan bau hanyir. Biji tersebut lebih besar sedikit dari biji drang.
Kaum Ja Sandang sebagai jeura haleuba (biji kelabat) warna kuning, biji kelabat digunakan untuk campuran menghilangkan bau hanyir. Biji tersebut lebih besar sedikit dari biji drang.
Kaum Ja Batee
atau disebut Tok Batee bacut-bacut, yakni hanya sedikit. Kaum Imum Peuet,
mereka yang mengguncang dunia maksudnya berpengaruh besar terhadap berperanan yang penting dalam pemerintahan, ini adalah sebuah cerita atau pusaka yang
diturunkan untuk kita masyarakat Aceh.
Di era zaman
yang semakin maju ini kebanyakan orang menganggap ini adalah era zaman Now,
bagi saya ini adalah era zaman Bar-bar dimana kita telah terlalu jauh
meninggalkan dan menggadaikan pusaka peninggalan indatu kita sendiri pusaka
tersebut adalah ke jujuran, kesetian, ke adilan, kemakmuran dan ke sejahteraan.
Pusaka yang ditinggalkan
oleh indatu kita semasa dahulu atau sang perubahan tidak ada yang disebutkan
dalam sejarah memainkan masyarakat atau membuat masyarakat sengsara atau
mengambil manfaat dari masyarakat, dan menjanjikan hal yang tidak bisa
dibuktikan kepada rakyat guna untuk memuluskan jalan menuju jabatan teratas.
Dalam hal seperti
ini bukanlah hal yang mencerminkan bangsa Aceh, kebanyakan dari mereka yang
hendak berlenggak menuju tampuk kekuasaan membuat janji kepada rakyat tapi
belum tentu bisa menepati nya, ada juga yang membuat janji tapi bisa di tepapi
salah satu nya janji ingin mengembalikan Aceh kemasa ke Rajaan terdahulu,
adapun janji yang dilontarkan itu mampu mereka buktikan dan ini penjelasan
singkat terhadap janji mengembalikan Aceh kemasa ke Rajaan :
- Listrik yang sering padam, dimasa kerajaan dulu listrik tidak ada.
- Jalan yang semakin rusak parah, semasa kerjaan dulu jalan tidak ada yang ber aspal.
- Pupuk yang sulit dijangkau oleh petani, semasa kerajaan dulu saat kesawah atau padi ladang tidak menggunakan pupuk.
- Pestisida yang mahal, saat masa kerajaan pestisida tidak ada.
- Gas elpiji 3 kg yang semakin langka sehingga rakyat terpaksa memasak dengan kayu seperti semasa kerajaan terdahulu.
- Harga BBM yang semakin tinggi sehingga rakyat terpaksa jalan kaki seperti masa kerajaan terdahulu.
- Biayaya pembayaran listrik yang semakin tinggi sehingga rakyat terpaksa menghidupkan lilin suloh seperti masa kerajaan terdahulu.
Ini hanya
beberapa alasan yang terlintas dalam benak saya. Semoga saja kita mengambil
kembali pusaka peninggalan Indatu kita yang sudah tergadaikan, karena Bangsa
Aceh adalah Bangsa perubahan sebagai contoh yang baik untuk bangsa yang lain,
dan semoga saja Aceh kedepan menjadi Aceh yang bermartabat dan mulia.